Indonesia memiliki beraneka ragam suku bangsa
yang dikenal dengan sebutan “BHINEKA TUNGGAL IKA” berarti “ Berbeda-beda tetapi
tetap satu jua”.
Disini saya akan membahas beberapa sifat
manusia berdasarkan letak geografisnya, antara lain :
· Sifat Orang Padang
Orang Padang
(Minangkabau) terkenal kareh angok(gigih), karengkang,
kareh kapalo (keras kepala, kepala batu, tidak mau kalah), egois (suka
menang sendiri dan mendahulukan kepentingan sendiri), rancak di labuah(tampaknya
saja bagus), jinaha (licik).
· Sifat Orang Solo /
Surakarta
Solo adalah kota
budaya. Berbagai sebutan disematkan pada Kota Solo, antara lain kota batik,
kota priyayi, kota langgam dan campur sari serta kota wayang Indonesia, dll.
Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat patembayan. Masyarakat yang
memperhatikan pernak pernik sosial dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa
yang adi luhung ini akan membentuk karakter orang Solo yang bijaksana,
religius, diam, lemah lembut, jujur, serta cinta sesama dan lingkungan.
· Sifat Orang Manado
Buat orang Manado, dalam
hal ini suku besar Minahasa, fam (family-name) mewakili jati diri, citra, dan
bahkan martabat serta harga diri. Fam diturunkan berdasarkan garis keturunan
orang tua laki-laki (patrilinial) dan wajib digunakan sebagai harkat serta
lambang sebagai generasi penerus keluarga. Fam sangat dijunjung tinggi. Nama
orang Minahasa atau Fam sekarang diambil dari nama panggilan setiap orang pria.
Sedangkan nama wanita tidak diturunkan sehingga dilupakan oleh sebagian orang.
Hal itu dibedakan dengan adanya sikap, cacat, atau tanda sesuatu pada orang
yang kita maksud. Seperti Wanta Kento jika ia pincang, Wilem Todeo Kokong
(Wilem berkepala lonjong), Min Pirop (min bermata buta) dan lainnya.
Ada nama-nama yang menyatakan sifat dari orang yang dimasud, seperti ia seorang pemberani dinamai Mamauaya dari kata wuaya atau berani. Mama'it atau Ma'it orang yang selalu memasak agak kebanyakan garam. Oki atau kecil adalah orang selalu mengecilkan sesuatu dan sebagainya. Masih banyak nama-nama yang mengikuti sifat, kepribadian, tempat tinggal, pekerjaan, perjuangan dan lainnya. Fam tersebut khususnya mengikuti garis keturunan orang tua laki-laki. Sebagai contoh, karena pekerjaannya selalu menebang pohon, disebut Pele. Sesuai tempat tinggal, dimana daerahnya selalu terjadi kebakaran karena adanya kilat dipanggil Pongilatan. Kalau dia tinggal pada suatu bukit atau gunung ia disebut Wuntu.
Kalau dia mau naik bukit atau gunung disebut Mawuntu. Suatu tempat yang bersifat serong atau miring dikatakan Kawilaran. Kalau menerka disebut Tumeleap. Tempat dimana sering dicungkil tanahnya dengan sebuah tongkat disebut Tu'ila dan pemiliknya dinamai demikian. Sedangkan pekerjaannya sering memotong dengan sebuah parang disebut Sumanti. Di dalam bahasa Tombulu kata ini mengandung arti lain, yaitu batu pujaan. Dalam bahasa Tondano disebut Panimbe. Ranting-ranting kering yang disebut Rankang dipergunakan untuk merintangi tempat jalan.
Ada nama-nama yang menyatakan sifat dari orang yang dimasud, seperti ia seorang pemberani dinamai Mamauaya dari kata wuaya atau berani. Mama'it atau Ma'it orang yang selalu memasak agak kebanyakan garam. Oki atau kecil adalah orang selalu mengecilkan sesuatu dan sebagainya. Masih banyak nama-nama yang mengikuti sifat, kepribadian, tempat tinggal, pekerjaan, perjuangan dan lainnya. Fam tersebut khususnya mengikuti garis keturunan orang tua laki-laki. Sebagai contoh, karena pekerjaannya selalu menebang pohon, disebut Pele. Sesuai tempat tinggal, dimana daerahnya selalu terjadi kebakaran karena adanya kilat dipanggil Pongilatan. Kalau dia tinggal pada suatu bukit atau gunung ia disebut Wuntu.
Kalau dia mau naik bukit atau gunung disebut Mawuntu. Suatu tempat yang bersifat serong atau miring dikatakan Kawilaran. Kalau menerka disebut Tumeleap. Tempat dimana sering dicungkil tanahnya dengan sebuah tongkat disebut Tu'ila dan pemiliknya dinamai demikian. Sedangkan pekerjaannya sering memotong dengan sebuah parang disebut Sumanti. Di dalam bahasa Tombulu kata ini mengandung arti lain, yaitu batu pujaan. Dalam bahasa Tondano disebut Panimbe. Ranting-ranting kering yang disebut Rankang dipergunakan untuk merintangi tempat jalan.
Namun Secara
umum, kalangan pakar ilmu sosial sepakat bahwa sifat-sifat tertentu sebenarnya
tidak melekat pada seseorang atau etnis tertentu. Misalnya, orang Batak
dikatakan keras-keras dan kasar-kasar, orang Minang dikatakan pelit atau orang
Sunda dikatakan tidak setia dan mata duitan, polisi suka memeras orang dan
orang Jambi pemalas. Anggapan ini muncul karena penilaian yang didasarkan pada
kasus-kasus tertentu saja, tetapi tidak melihat secara keseluruhannya atau mengeneralisasi. Padahal, ada banyak orang Batak yang lembut, orang Minang yang penyantun dan
dermawan, orang Sunda yang sangat setia dan tidak macam-macam, polisi yang baik
dan orang Jambi yang rajin bekerja. Inilah apa yang dikatakan ilmuan sosial,
Peter L. Berger, sebagai social
construction of reality.
Seseorang yang mengalami hal yang buruk ketika berinteraksi dengan seseorang atau kelompok tertentu kemudian menganggap bahwa semuanya seperti itu sehingga memunculkan konstruksi sosial. Padahal apa yang dialaminya hanya berupa kasus yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dan bisa jadi orang lain mengalami hal yang sebaliknya dan berbeda.
Seseorang yang mengalami hal yang buruk ketika berinteraksi dengan seseorang atau kelompok tertentu kemudian menganggap bahwa semuanya seperti itu sehingga memunculkan konstruksi sosial. Padahal apa yang dialaminya hanya berupa kasus yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dan bisa jadi orang lain mengalami hal yang sebaliknya dan berbeda.
0 comments:
Posting Komentar